“ Eh eh liat nih gw punya motor baruuuu!” ujar Ujang mengusap ngusap motor barunya bangga. “ Lu berdua kapan punya?” Tanya Ujang nyengir menatap Ardi dan Heri, Ardi menggaruk garuk kepala, mengalihkan pandang. Sial! Si Ujang yang cupu aja udah punya motor! Pikirnya.
“ Iya! Lu berdua kapan hey? Lu mestinya harus udah punya dong! Masa’ kita kita ngeboncengin lu terus?” Reo yang paling tajir nyeletuk
“ Minta beliin atuh ke bokap lo, kita kita udah besar, pulang pergi naik motor tuh .. modern, yo’i gak coy?” kata Dio mengangkat angkat alisnya, sok.
“ Ah berisik lu pada! Motor gue tuh lagi di impor ke rumah gue! Sabaaaaaar!” kata Heri dengan pedenya.
“ Cuih! Sok lu! Emang motor apa sih yang pengen lu beli?” kata Dio “ Motor bekas dari orang luar negeri aja bangga!”
“ Terus kalo lu kapan Di?” Tanya Ujang, yang lain menatap Ardi, penasaran.
“ Yaa.. Secepatnya lah! Males gue juga dibonceng mulu! Udah yuk cabut!” Ardi segera menaiki motor Dio, sedangkan Heri dibonceng Reo. Bunyi raung raungan motor memekakkan telinga, 3 buah motor yang dikendarai para anak muda itu melaju cepat, tidak mempedulikan orang orang yang terganggu dengan aksi mereka, mereka terus melaju. Menyisakan asap asap polusi di ibukota.
-----------------
“ Udah pulang Ardi?” kata Ibu ketika melihat Ardi membuka pagar memasuki rumah. Ardi membuka sepatunya, ia menuju ke kamar, melempar tasnya dan menghempaskan dirinya ke kasur. Ia menatap langit langit kamarnya, Ia teringat pembicaraan tadi. Sekarang tinggal ia dan Heri yang belum punya motor. Aku tidak boleh jadi yang tertinggal, aku harus segera memiliki motor! tekadnya.
“ Ardi, makanannya sudah ibu siapkan, ayo makan dulu” kata ibu memanggilnya. Ardi beranjak dari kasur dengan pikiran penuh akan motor, motor, dan motor. Ya, Ardi sangat ingin memilikinya!
“ Bu” kata Ardi pelan “ Aku ingin punya motor”
“ Motor? Itu kita kan udah punya, kalo ayahmu nggak pake buat kerja kamu bisa makenya”
“ Tapi aku mau motor punya aku sendiri bu!”
“ Buat apa toh? Kamu kan ke sekolah bisa naik angkot. Jangan ikuti pengaruh teman temanmu itu. Yang penting sekarang itu kamu belajarnya yang rajin.” Kata ibu, menyerahkan piring yang berisi nasi.
Ardi kecewa. Seperti dugaannya ibunya tak akan mengabulkan keinginannya itu. Dengan marah, Ardimenampik piring itu sehingga terjatuh, terdengar bunyi praaang yang kemudian disusul amarah ibunya. Ardi tidak mempedulikannya, dan segera masuk kamar. Menutup pintu dengan keras dan menguncinya.
Sepanjang hari itu Ardi mengurung diri dalam kamar, hanya untuk keperluan keperluan penting Ia keluar dari kamarnya. Malam harinya, Ia mendengar ibunya menceritakan keinginannya itu kepada ayahnya, dalam hati Ia berharap semoga ayahnya mengabulkan keinginannya itu.
“ Ardi, buka pintunya” Ayah mengetuk pintu kamarku. Aku diam, aku tidak akan keluar sampai mereka menyetujui membelikan aku motor. “ Ardi, kalau kamu ingin dibelikan motor buka pintunya. Kita bicarakan baik baik.” Ardi berpikir sebentar sebelum akhirnya membuka pintu. Ia keluar dengan wajah kesalnya
“ Ardi” Ayah memulai “ Kamu tahu, Penghasilan ayah itu tidak banyak. Alhamdulillah itu semua cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Tahun ini adikmu akan masuk SMP, jadi ayah butuh uang yang tidak sedikit untuk biaya masuknya.” Ayah berhenti, menggantung kalimatnya. Ardi memalingkan muka, ia tahu apa maksudnya.
“ Intinya aku tidak akan dibelikan motor, Akh sudahlah! Memang salah aku mengharapkan sesuatu dari kalian! Payah!” kata Ardi kasar
“ Ardi! Kamu jangan kurang ajar! Kamu itu sudah besar, seharusnya kamu paham!” kata ayah, suaranya meninggi.
“ Ayah dan ibu juga! Seharusnya kalian paham keinginanku! Aku capek berbicara dengan kalian!” Ardi membanting pintu dan menguncinya. “ Sebelum ada motor, aku tidak mau sekolah!” teriak Ardi dari kamar.
“ Anak itu..”
“ Sudahlah Yah..” kata ibu sedih
“ Pak.. Bu..” panggil Reihan -adik Ardi yang duduk di kelas 6- takut takut. Dari kamarnya Ia mendengar pertengkaran antara orang tua dan kakaknya “ Kata bu guru, uang spp nya harus segera dilunasi, kalo belum Reihan gak bisa ikut ujian bulan depan”
“ Iya.. Iya, besok ibu ke sekolah” Reihan kembali ke kamarnya, setidaknya ia merasa lega ibunya mungkin akan melunasi spp nya besok. “ Uang spp Reihan..” kata ibu pelan “ Ada uang yah?” ayah mengangguk pahit.
----------------
Sudah 2 hari Ardi mengurung dirinya dan tidak masuk sekolah, ia juga tidak berbicara dengan ayah ibunya. Ia bahkan tidak mau makan masakan ibunya, kalau merasa lapar ia membeli makanan di luar. Ia benar benar melaksanakan aksi merajuknya. Malam ini dia pergi berkumpul dengan teman temannya.
“ Gimana? Belum berhasil ya? Hehehehe, santai bro! jok belakang motor gua masih kosong kok” Kata Ujang begitu melihat Ardi muncul dengan wajah kusut.
“ Akh! Berisik!” kata Ardi sebal “ Heri mana?”
“ Belum dateng dia!” kata Reo “ Pas gue sms katanya lagi di jalan.”
Tin! Tin! Sebuah sepeda motor menuju kearah mereka. Si pengendara membuka helmnya, dengan berseri seri bangga menatap teman temannya.
“ Heri! Yo’i my bro! barang impornya udah dateng nih haha” kata Dio
“ Yah! Tinggal lu Di! Padahal kalo udah punya kita bisa keliling nih berlimaan malem ini” kata Ujang.
“Ayo ayo lu buruan dong punya!” kata Heri ikut ikutan
“Jam berapa sekarang?” tanya Ardi semakin kesal
“ Jam 10 Di, kenapa lu tanya tanya, lu bukannya mau maling motor kan?” kata Reo
“ Oke, cabut ke rumah gue! Gue mau ambil motor!” kata Ardi menaiki jok belakang motor Heri.“ Jangan banyak tanya, pokoknya cabut!”
“ Wess! Sensi amat lu Di, oke kita cabut” kata Dio
Ardi membuka pintu rumahnya pelan pelan, ia mengendap endap mencari kunci motor ayahnya.
“ Ardi udah pulang? Darimana aja nak?” ibunya muncul
“ Kunci motor, kunci motor ayah mana?” Ardi celingak celinguk, mencari kunci motor. Begitu menemukannya ia langsung mengambilnya dan pergi.
“ Ardi, mau kemana lagi? Ardi!” panggil ibunya
“ Kenapa bu?” Tanya ayah
“ Ardi yah.. dia pergi bawa motor” kata ibu
“ Ardi!”
Ardi mengendarai motor sambil tertawa tawa, ia melihat ayahnya mengejarnya, memanggil manggilnya. Tapi Ia mengendarai sepeda motornya tetap melaju, menjauh dari rumahnya.
“ Wah wah parah lu Di! Nyuri motor orang tua sendiri!” kata Reo
“ Biar! Yang penting kita bisa seneng seneng malem ini!”
Wooosh! Kelima motor itu melaju dengan kecepatan tinggi, Ardi menambah kecepatannya. Malam ini dia senang sekali, dengan lincah ia mengendarai motornya. Menyelip sana sini. Ia berada di depan, teman temannya tertinggal di belakang. Woohoo! Ia merasa menjadi yang terhebat malam ini, tapi semua tidak berlangsung lama ketika tiba tiba sebuah mobil menuju ke arahnya . Ardi terkejut, Ia berusaha menghentikan motornya namun sia sia, ia oleng dan tubuhnya terpental. Ia mendengar bunyi klakson dan teriakan teriakan tetapi ia tidak dapat melihat apa apa lagi.
Satu satunya bayangan terakhir yang ada di pikirannya adalah orangtuanya.
Ia teringat mereka yang bagaimana pun susahnya tetapi tetap menyekolahkannya, yang walaupun bagaimana seadanya tapi tetap memberinya makan, yang bagaimana pun ia tetapi tetap menyayanginya. Ayah.. Ibu..Andai aku bisa mengulang umurku, Andai umurku lebih panjang, Andai masih ada waktu untukku.. Aku ingin membahagiakan kalian, Aku ingin menjadi anak yang kalian banggakan. Lebih utama dari itu jika masih ada sedikit saja waktu, aku ingin memohon maaf.
Ibu, ayah.. Maafkan aku.. Terima kasih telah menyayangiku.. Aku sangat mencintai kalian ♥
© AO
25 Juli 2010
Sunday, July 25, 2010
Pesan Terakhir Untukmu, Ayah.. Ibu..
Labels:
Cerpen
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Don't forget to comment^^
Feel free to submit your comment, just type it here ^^