Aku berjalan, menelusuri jejak jejak masa laluku. Dan sampailah aku pada tempat ini, tempat yang selalu menjadi favorit kita. Tempat yang mengingatkan aku tentang kamu, tentang kita. Aku tersenyum getir. Terlalu banyak yang harus diingat…
Dulu, di masa kecilku, kamu begitu bersinar. Matahari favoritku..
Bermain disini adalah kegembiraan sendiri bagi kita, dunia yang hanya ada aku dan kamu. Aku menduduki satu satunya tempat favoritmu. Benar. Disini indah, aku bisa melihat matahari dan kota kecil kita. Aku tersenyum kecil. Bahkan dulu aku tidak pernah mau duduk di sini, di sebelahmu. Kau selalu bilang ‘Ayolah, Pemandangannya begitu indah. Kau bisa melihat matahari dan kota kecil kita. Kau menyukai segalanya tentang matahari bukan?’ Dan setiap kali kau mengatakan itu aku hanya tertawa kecil dan menggeleng. Ya, tidak perlu. Aku memang menyukai matahari, tetapi sejak matahari favoritku adalah kamu, melihatmu berdiri di sini dan tertawa merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku.
Kita sering bermain air di sini. Melihat pantulan langit di dalamnya. Kita tidak dapat menyentuh langit di atas sana. Tapi di sini, dalam pantulan langit di air ini, berkali kali pun kita dapat menyentuhnya. Begitu kau selalu menghibur aku. Tetapi suatu kali ketika aku begitu putus asa tentang segala hal di dunia ini, dan kau hibur aku seperti biasanya, aku berkata itu fana, aku ingin menyentuh langit di atas sana. Mengingat keegoisanku itu, aku tersenyum pahit, memejamkan mataku, hembusan angin terasa menjadi lebih dingin. Saat itu, aku begitu melukaimu. Aku ingat bagaimana aku menghilangkan senyum di wajahmu.
Ya, itu ketika aku pindah dari kota kecil kita dan segala keindahannya. Ketika aku dengan menangis tersedu sedu berkata padamu, kita tidak akan bertemu lagi. Kita akan berpisah selamanya. Saat itu aku begitu egois, terbawa perasaanku sendiri, berkata bahwa jika kita berpisah pasti aku akan dilupakan. Pasti dia tidak akan mengingat aku lagi. Dan aku yang tidak mau terluka jika itu terjadi mengatakan bahwa aku akan melupakan segalanya tentang dia dan kota kecil ini. Aku.. Aku benar benar mengatakan itu padanya. Aku menghela napasku berat, buliran airmata menetes dari kelopak mataku. Saat itu.. Saat itu.. Perpisahan sangat berat bagiku. Aku yang tidak mengerti arti perpisahan ini, pertama kalinya mengalami perpisahan yang menyakitkan. Menyalahi arti perpisahan yang sebenarnya.
Aku rindu tempat ini…
Aku rindu Matahari Favoritku..
-AO-
Sunday, February 13, 2011
Story About Childhood Memory
Labels:
Cerpen,
My Photographs,
Rangkaian Kata
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Don't forget to comment^^
Feel free to submit your comment, just type it here ^^